Rain Cloud

Senin, 26 Desember 2016

Contoh Cerpen Remaja : "Perfect"



SEMPURNA


            “Kata Kamus Besar Bahasa Indonesia, sempurna/sem·pur·na/ a 1 utuh dan lengkap segalanya (tidak bercacat dan bercela):; 2 lengkap; komplet: 3 selesai dengan sebaik-baiknya; teratur dengan sangat baiknya: 4 baik sekali; terbaik:
“Iya,itu benar, namun seseorang ada seseorang yang kukenal yang menurutku dapat menggambarkan apa yang dijabarkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia itu.
“Dia Akmal. Bahkan dari namanya pun, kedua orangtuanya telah mengharapkan kesempurnaan. Akmal dalam bahasa Arab berarti sempurna. Jika ada yang bertanya begaimana wajahnya, aku akan menjawab, dia tampan. Dengan hidung yang meliuk indah, mata yang membuatmun sulit untuk berpaling,alis yang menegaskan pandangan, rahang yang terlihat kokoh. Sifatnya? Dia santun dan sopan, bisa menentukan sikap pada tempatnya , murah hati, suka menolong. Sambil berangkat, ia sering membagi-bagikan makanan untuk orang-orang jalanan. Pergaulannya? Tentu saja dia disukai banyak orang, memiliki teman dimana-dimana, dia tidak pernah melupakan teman-teman masa kecilnya, namun selalu mau berteman dengan siapapun teman barunya. Percintaan? Jangan ditanya, setiap hari ada yang tulus hati meletakkan sebatang atau beberapa batang cokelat dan surat. Tentu saja ia menerimanya, namun saking banyaknya ia tidak member perlakuan khusus pada siapapun. Akademik? Ayolah, kau pasti bisa menebaknya kan? Kimia,isika, matematika, biologi, sejarah, seolah dengan mudahnya terpatri dalam otak di kepalanya. Berkebalikan denganku yang susah sekali faham dengan materi-materi itu. Dia juga suka mengajari teman-temannya. Bahkan penjelasan darinya lebih mudah dimengerti daripada guru. Pengetahuan umumnya juga luas. Dia faham masalah politik-ekonomi yang sedang melanda negeri ini dan negeri-negeri lain di dunia. Isu konspirasi juga dia mengerti betul. Olahraga? Dia lebih suka sepakbola daripada basket. Berbeda dengan kebanyakan anak laki-laki yang mencari popularitas lewat basket, dia lebih memilih sepak bola karena murni keinginannya. Namun tetap saja dia populer. Lapangan selalu penuh jika dia dan timnya bertanding melawan siapalah. Bahkan saat latihan rutin di lapangan sekolah, para penggemarnya berjejer menonton hingga ia selesai.
“oh, kau bertanya keluarganya?sudah kuduga kau pasti akan tertarik. Secara ekonomi, keluarganya memang di tingkat menengah keatas. Ayahnya mempunyai perusahaan multinasional di bidang property. Ibunya adalah seorang dosen di sebuah universitas. Dengan semua itu, dia seharusnya bisa meminta apa saja kan? Minta dibelikan mobil misalnya, seperti anak-anak lain untuk hadiah di ulang tahun ketujuh belas mereka. Tapi tidak, dia tidak meminta apapun. Dia belum membutuhkan mobil, katanya. Oh ya hampir terlupa. Dia juga sudah memiliki penghasilan sendiri lewat buku-bukunya yang sudah terbit. Benar kan? Sudah kubilang kalau dia itu sempurna. Kau percaya kan? Kau akan percaya jika bertemu dengannya.”
                                                                  ***                                     
Pada malam hari, ketika rembulan sedang terang benderang, kita sering bertemu dan berbicara.
“kau tidak perlu membicarakanku pada semua orang kan?”
“kenapa? Aku ingin semua orang mengenalmu. Aku ingin semua orang tahu,”
Dia tersenyum—dia memang selalu tersenyum dan senyumnya menawan— dan mengangguk,”aku mengerti. Tapi bukankah lebih baik jika kau menceritakan dirimu sendiri? Kau juga sempurna. Jauh lebih sempurna dariku,”
Aku menggeleng,”tidak. Aku hanya ingin bercerita tentangmu,”
“baiklah kalau itu maumu,”dia mengelus rambutku,”tapi ada syarat jika kau ingin terus bercerita tentangku pada orang orang,”
“apa?”
Aku menatapnya, cahaya bulan menyinari sebagian wajahnya. Indah.
“jangan melupakan dirimu sendiri,”
Aku tertawa,”setiap kita berbicara, kau selalu mengatakan itu. Tentu aku tidak lupa.”
Akmal tersenyum lagi, senyumannya agak sedih,”tapi kau hampir selalu melupakan dirimu, aku khawatir.”
“khawatirkanlah aku, lalu ajak aku bersamamu,”
Sudah kuprediksi, dia pasti menolak. Seperti hari-hari sebelumnya. Akmal menggeleng tegas,”Tidak . tidak saat ini,”
Setelah itu dia akan menghentikan percakapan pada hari ini. Dan pergi.
***
Lalu setiap pagi, aku akan merajuk pada ibu.
“ibu, kenapa ibu tidak membolehkan aku pergi bersama Akmal?”
Ibu yang sedang merapikan tempat tidurku menjawab, “bukannya dia yang tidak membolehkanmu pergi kan?”
“eh? Bagaimana ibu tahu? Bukannya Akmal berbicara padaku, bukan pada ibu?”
“kau kan mengatakannya setiap pagi, nak,”
“oh iya”
Ibu duduk disampingku,”tadi malam Akmal berbicara pada ibu,”
Aku langsung antusias,”oh ya? Biasanya dia hanya berbicara padaku,selama sepuluh tahun terakhir”
“iya, dia bilang pada ibu agar kau tidak melupakan dirimu,”kata ibu sambil mengusap rambut panjangku.
“aku tidak melakukannya,kok,”
“dia juga bilang agar ibu selalu menjagamu. Karena dia tidak bisa terus-terusan menjaga dan berbicara padamu lagi,”
Aku menjadi sedih,”kenapa? Bukannya tugasnya sebagai kakak untuk menjaga adiknya?”
Ya. Aku adik Akmal, jarakku dengannya terpaut lima menit.
Ayahku juga ayah Akmal, ibuku juga ibu Akmal.
“iya nak, tapi kau kan sudah besar. Akmal juga memiliki urusan tersendiri kan?”
Aku mengangguk-angguk. Meski aku hanya bisa menebak urusan apa yang dimiliki Akmal sampai dia harus menitipkanku pada ibu.
“oh ya nak, bukannya besok kau ulang tahun yang ketujuh belas?”
Oh! Aku baru ingat. Berarti ulang tahun Akmal juga.
“iya iya”
“kau ingin ibu dan ayah beri apa? Karena ini yang ketujuh belas, permintaannya yang berbeda ya, jangan seperti tahun-tahun kemarin,”
“Bagaimana lagi keinginanku Cuma kalian mengakui kalau Akmal itu sepertiku, hanya mengakui saja,”
Wajah ibu sudah berubah sedih,”tapi dia tidak sama sepertimu nak,”
“Akmal tidak sama sepertiku memang. Dia baik,sopan,pintar,jago olahraga—“
“bukan seperti itu,”
“lalu apalagi bu?”
Wajah ibu kembali melembut,”kau lebih beruntung daripada dia nak, kau satu-satunya yang ibu miliki,”ibu memelukku.
Aku melepas pelukan ibu,”ibu kan juga punya Akmal,”aku membantah.
“sayang, kau lupa lagi ya?” mata ibu berkaca-kaca,”kau jauh….jauh lebih beruntung daripada Akmal. Jika kau bilang dia memiliki semua kesempurnaan, tapi semua kesempurnaan itu tidak ada artinya dibanding apa yang kau punya,”
Aku mencoba memahami kalimat ibu. Sebenarnya kalimat itu telah setiap hari kudengar, namun aku selalu mencoba memahaminya lagi.
“Apa yang aku punya?”
Ibu menggenggam tanganku,”kehidupan,”
Selanjutnya ingatan tentang rumahku yang ramai dengan orang-orang membacakan ayat-ayat suci, tubuh Akmal yang saat itu masih berumur tujuh tahun yang ditutupi kain, serta ibuku yang menangis berputar-putar dikepalaku.
Setelah itu yang kuingat bahwa ibu berseru-seru memanggil suster dan mereka memegangi kaki dan tanganku dengan erat.
***
“kau membuat keributan lagi, bukankah aku sudah menitipkanmu kepada ibu?”
“jadi kau sungguhan bicara pada ibu?”
Akmal mengangguk,”tentu saja,”
“oh ya Akmal, besok kita berulang tahun ketujuh belas. Apa yang kau inginkan? Kalau aku, ingin ikut denganmu,”
Tidak seperti biasa, Akmal terdiam sebentar,”aku juga ingin bersama denganmu,”
Aku kaget,sekaligus senang,”jadi aku boleh ikut?”
“tidak,”Akmal menolak lagi.
“kau bilang ingin bersamaku juga?”
“yang kuinginkan sebenarnya adalah,”Akmal menatapku,”aku ingin kau melihatku dengan cara yang berbeda. Tidak seperti ini.”
“maksudnya?”aku bertanya padanya.
“maksudnya adalah, kau akan mengingatku dengan terseyum. Mengenangku dengan ikhlas. Membahagiakan ibu dan ayah, dan yang terpenting, melepasku.”
Aku membuka mulut bermaksud menjawab perkataannya, tapi Akmal kembali berbicara lagi,
“aku sudah menemanimu selama hampir tujuh belas tahun.Lebih dari cukup untuk kau tahu kalau aku juga menyayangimu. Dunia kita sudah tidak sama lagi,”Akmal tersenyum lagi,”jadi kau mau melepasku dengan ikhlas kan?”
“be….berarti…”sebuah kesadaran seperti memukul pikiranku dengan keras,”yang ibu bilang, kalau aku lebih beruntung darimu itu benar?”
Akmal mengangguk, tersenyum lebih lebar,”kau masih mempunyai kehidupan,”
aku masih mempunyai…..kehidupan?
Akmal mengangguk-angguk.
“tapi,.. aku merasa aku akan bersamamu besok,”  aku merasakan perasaan aneh yang menyenangkan sebelum aku terlelap.
“oh ya?”
“iya, sungguh,”
“seperti apakah itu?”
“entahlah, kau,aku ibu, ayah, kita akan dapat bersama lagi. Bukankah itu menyenangkan? Kau senang kan? Kau senang?”
Akmal berfikir sebentar, tapi dia tak bisa menyembunyikan senyumannya,”aku sudah tidak lagi berbicara dengan ayah,”
“Jadi, apa aku harus melepasmu? Tidak kan?”
“Aku juga tidak tahu, kuharap, aku bisa bersama kalian,”
***
Pukul 05.53 wib,  Daerah ini diguncang oleh gempa berkekuatan 5,9 SR versi BMKG dengan pusat gempa 38 km di kedalaman 33 km di bawah permukaan air laut. Sedangkan versi  World Wide Seismic Network (WWSN) yang berpusat di Amerika, berkekuatan 6,2 Scala Richter, dan pusat gempa 27 pada kedalaman 17 km atau pada koordinat 8,26 LS dan 110,33 BT.
Akibat gempa yang mengejutkan ini, dengan seketika sebanyak 27.000 rumah ambruk berantakan, termasuk sebuah rumah sakit jiwa, ribuan jiwa melayang, korban luka-luka tak berbilang. Kerusakan pun mencapai 10 %. Gempa dahsyat ini tak hanya meruntuhkan materi, namun jiwa manusia turut tergoncang hebat.

TAMAT
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar